MetroXpose.com Medan - Antisipasi Cuaca Ektrim yang telah diprediksi Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TReAK) di Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) curah hujan akan meningkat di bagian utara Indonesia pada September 2021.
Baca Juga | Segera! Lapangan Merdeka di Revitalisasi jdai RTH dan Fasum Pemko Medan
Hujan maksimum September terkonsentrasi di pesisir barat Sumatera bagian utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara dan timur serta Papua bagian utara.
Senada dengan hal tersebut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga telah mengingatkan potensi hujan lebat disertai petir/kilat dan angin kencang di sebagian wilayah Indonesia, termasuk Sumut. Karena itu, Gubernur Edy Rahmayadi berharap semua pihak termasuk masyarakat waspada dan berupaya mencegah terjadinya bencana.
“Cuaca ekstrem sedang berlangsung, itu menuntut kita selalu waspada menghadapi bencana yang mungkin terjadi. Seluruh elemen baik pemerintah maupun non-pemerintah harus bisa bekerja sama dan memiliki koordinasi yang kuat untuk mengantisipasi terjadi bencana, sehingga kita bisa merespons dengan cepat dan tepat,” kata Edy Rahmayadi, usai Apel Kesiapsiagaan Bencana dan Gelar Peralatan Bencana di Apron Charlie Lapangan Udara Soewondo Medan, Senin (13/9).
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2020, Sumut berada di urutan ke-16 dari 19 provinsi yang masuk kelompok berisiko tinggi. Bila dipersempit lagi, ada 13 Kabupaten/Kota yang masuk ke dalam kelas risiko tinggi yaitu Gunungsitoli, Mandailingnatal, Nias, Nias Utara, Nias Barat, Nias Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Asahan, Sibolga, Labuhanbatu Utara, Padanglawas dan Labuhanbatu. Sementara 20 Kabupaten/kota lainnya berisiko sedang.
“Ada 13 daerah kita yang bila curah hujan tinggi rawan terjadi banjir dan tanah longsor. Karena itu, kita siapkan sekarang personel dan peralatan kita masing-masing. Bukan hanya di sini, saat apel, tetapi ditindaklanjuti ke chek point-chek point melihat kesiapan daerah masing-masing,” terang Edy Rahmayadi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut Abdul Aris Lubis mengatakan, pada ‘Apel Kesiapsiagaan Bencana dan Gelar Peralatan Bencana’ ini diperlihatkan berbagai peralatan untuk menghadap bencana seperti dapur bergerak, alat-alat berat seperti ekskavator, perahu karet, pendeteksi suara, pemotong besi dan baja, alat komunikasi dan lainnya. Ada juga alat pendeteksi kedalaman dari relawan serta kendaraan-kendaraan taktis untuk bencana.
“Apel ini bukan hanya sekedar memperlihatkan personel dan peralatan, tetapi mengingatkan kita akan kewaspadaan terhadap bencana terutama pada daerah-daerah yang rawan. Kemudian kita akan tindaklanjuti ke daerah-daerah dan menyosialisasikannya ke masyarakat,” kata Aris.
Sementara itu, Pangdam I/BB Mayjen TNI Hassanudin mengatakan TNI telah mempersiapkan peralatan, personel dan tim reaksi cepat untuk penanggulangan bencana di Sumut. Dia berharap semua pihak siap ketika terjadi bencana.
“Kita tentu tidak ingin terjadi bencana, tetapi ketika terjadi kita harus siap. Kami dari TNI sudah mempersiapkan personel terbaik kami, peralatan dan juga tim reaksi cepat,” terang Hassanudin.
Wakapolda Sumut Brigjen Dadang Hartanto menambahkan, kerja sama adalah kunci dalam menanggulangi bencana karena setiap elemen memiliki kelebihan masing-masing. “Kerja sama yang utama, baru kita petakan daerah rawan sehingga kita sudah stanby pada titik-titik rawan terbut, itu yang membuat respon kita bisa cepat bila terjadi bencana,” pungkasnya (San/MX)
Hujan maksimum September terkonsentrasi di pesisir barat Sumatera bagian utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara dan timur serta Papua bagian utara.
Senada dengan hal tersebut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga telah mengingatkan potensi hujan lebat disertai petir/kilat dan angin kencang di sebagian wilayah Indonesia, termasuk Sumut. Karena itu, Gubernur Edy Rahmayadi berharap semua pihak termasuk masyarakat waspada dan berupaya mencegah terjadinya bencana.
“Cuaca ekstrem sedang berlangsung, itu menuntut kita selalu waspada menghadapi bencana yang mungkin terjadi. Seluruh elemen baik pemerintah maupun non-pemerintah harus bisa bekerja sama dan memiliki koordinasi yang kuat untuk mengantisipasi terjadi bencana, sehingga kita bisa merespons dengan cepat dan tepat,” kata Edy Rahmayadi, usai Apel Kesiapsiagaan Bencana dan Gelar Peralatan Bencana di Apron Charlie Lapangan Udara Soewondo Medan, Senin (13/9).
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2020, Sumut berada di urutan ke-16 dari 19 provinsi yang masuk kelompok berisiko tinggi. Bila dipersempit lagi, ada 13 Kabupaten/Kota yang masuk ke dalam kelas risiko tinggi yaitu Gunungsitoli, Mandailingnatal, Nias, Nias Utara, Nias Barat, Nias Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Asahan, Sibolga, Labuhanbatu Utara, Padanglawas dan Labuhanbatu. Sementara 20 Kabupaten/kota lainnya berisiko sedang.
“Ada 13 daerah kita yang bila curah hujan tinggi rawan terjadi banjir dan tanah longsor. Karena itu, kita siapkan sekarang personel dan peralatan kita masing-masing. Bukan hanya di sini, saat apel, tetapi ditindaklanjuti ke chek point-chek point melihat kesiapan daerah masing-masing,” terang Edy Rahmayadi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut Abdul Aris Lubis mengatakan, pada ‘Apel Kesiapsiagaan Bencana dan Gelar Peralatan Bencana’ ini diperlihatkan berbagai peralatan untuk menghadap bencana seperti dapur bergerak, alat-alat berat seperti ekskavator, perahu karet, pendeteksi suara, pemotong besi dan baja, alat komunikasi dan lainnya. Ada juga alat pendeteksi kedalaman dari relawan serta kendaraan-kendaraan taktis untuk bencana.
“Apel ini bukan hanya sekedar memperlihatkan personel dan peralatan, tetapi mengingatkan kita akan kewaspadaan terhadap bencana terutama pada daerah-daerah yang rawan. Kemudian kita akan tindaklanjuti ke daerah-daerah dan menyosialisasikannya ke masyarakat,” kata Aris.
Sementara itu, Pangdam I/BB Mayjen TNI Hassanudin mengatakan TNI telah mempersiapkan peralatan, personel dan tim reaksi cepat untuk penanggulangan bencana di Sumut. Dia berharap semua pihak siap ketika terjadi bencana.
“Kita tentu tidak ingin terjadi bencana, tetapi ketika terjadi kita harus siap. Kami dari TNI sudah mempersiapkan personel terbaik kami, peralatan dan juga tim reaksi cepat,” terang Hassanudin.
Wakapolda Sumut Brigjen Dadang Hartanto menambahkan, kerja sama adalah kunci dalam menanggulangi bencana karena setiap elemen memiliki kelebihan masing-masing. “Kerja sama yang utama, baru kita petakan daerah rawan sehingga kita sudah stanby pada titik-titik rawan terbut, itu yang membuat respon kita bisa cepat bila terjadi bencana,” pungkasnya (San/MX)