MetroXpose.com, Mandailing Natal - Setelah tewasnya lima orang akibat keracunan gas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Merapi, Mandailing Natal (Madina), 216 warga mengungsi di Masjid Agung Panyabungan.
Baca Juga | Angka Penyebaran Covid-19 do Indonesia Tembus 1 Juta Kasus
“Mereka ada kekhawatiran, maka kita ungsikan di lantai 2 Masjid Agung di Panyabungan. Masyarakat yang minta ke sana, karena di sanakan lebih aman,” kata Kepala BPBD Madina, M Yasir Nasution, kepada wartawan, Selasa (26/1/2021).
Disebutkannya, masyarakat yang minta mengungsi rata-rata berasal dari penduduk Desa Purba Julu, Sibanggor Julu dan desa lainnya yang berdekatan dengan proyek pembangunan pipa gas. “Campurlah mereka (warga) yang merasa ketakutan, seperti itu,” paparnya Yasir
Yasir belum bisa memastikan sampai kapan para pengungsi di sana. Sebab hingga kini mereka masih was-was. Namun pihaknya memastikan kebutuhan masyarakat yang mengungsi. “Kita berikan peralatan tidurnya, saya sendiri dari BPBD menyiapkan selimut semuanya, makannya juga kita tanggung dari Dinas Sosial,” kata Yasir.
Selain itu pihaknya juga telah menyiapkan rumah panggung untuk dijadikan tempat tidur untuk mengantisipasi bila jumlah pengungsi lebih banyak. Sebenarnya kata Yasir saat ini kondisi udara di pembangunan gas sudah terkendali namun para pengungsi masih enggan pulang.
Meskipun lihaknya akan tetap memberikan kenyaman bagi para pengungsi. “Tergantung mereka (kapan pulang), sementara sudah di survey, bahwa sebenarnya titik itu sudah aman. Ada alat untuk pendeteksinya, bahwa udara di situ tidak tercemar lagi. Ada alat mereka (perusahaan). Kemarin saya di lokasi untuk memastikan bahwa tidak ada lagi kebocoran itu,’’ tutup Yasir. (San/MX/SC)
“Mereka ada kekhawatiran, maka kita ungsikan di lantai 2 Masjid Agung di Panyabungan. Masyarakat yang minta ke sana, karena di sanakan lebih aman,” kata Kepala BPBD Madina, M Yasir Nasution, kepada wartawan, Selasa (26/1/2021).
Disebutkannya, masyarakat yang minta mengungsi rata-rata berasal dari penduduk Desa Purba Julu, Sibanggor Julu dan desa lainnya yang berdekatan dengan proyek pembangunan pipa gas. “Campurlah mereka (warga) yang merasa ketakutan, seperti itu,” paparnya Yasir
Yasir belum bisa memastikan sampai kapan para pengungsi di sana. Sebab hingga kini mereka masih was-was. Namun pihaknya memastikan kebutuhan masyarakat yang mengungsi. “Kita berikan peralatan tidurnya, saya sendiri dari BPBD menyiapkan selimut semuanya, makannya juga kita tanggung dari Dinas Sosial,” kata Yasir.
Selain itu pihaknya juga telah menyiapkan rumah panggung untuk dijadikan tempat tidur untuk mengantisipasi bila jumlah pengungsi lebih banyak. Sebenarnya kata Yasir saat ini kondisi udara di pembangunan gas sudah terkendali namun para pengungsi masih enggan pulang.
Meskipun lihaknya akan tetap memberikan kenyaman bagi para pengungsi. “Tergantung mereka (kapan pulang), sementara sudah di survey, bahwa sebenarnya titik itu sudah aman. Ada alat untuk pendeteksinya, bahwa udara di situ tidak tercemar lagi. Ada alat mereka (perusahaan). Kemarin saya di lokasi untuk memastikan bahwa tidak ada lagi kebocoran itu,’’ tutup Yasir. (San/MX/SC)