MetroXpose.Com,Tapsel - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) masih terus melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang ditangkap di Desa Tapus Sipagimbal, Kecamatan Aek Bilah, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel).
Baca Juga | Sistem Zonasi Pendataan Penduduk Digelar September 2020
Kepala BBKSDA Sumut, Hotmauli Sianturi mengatakan, saat ini petugas telah melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap harimau tersebut, antara lain pengukuran berat badan, tinggi dan panjang badan, pemeriksaan gigi (untuk estimasi umur), pengambilan sampel darah (untuk pemeriksaan darah rutin, kimia darah dan DNA), dan tindakan medis (pemberian cairan infus, vitamin, obat cacing dan antibiotik).
“Berdasarkan hasil pemeriksaan tim medis secara makro diketahui bahwa harimau sumatera ‘Sri Bilah’ yang terperangkap ini berkelamin betina dengan umur lebih kurang 2 sampai 3 tahun, dan berat 45,2 Kg. Secara umum kondisinya sehat, namun mengalami malnutrisi, sehingga tubuhnya terlihat agak kurus akibat tidak mendapatkan pakan yang cukup,” ujarnya kepada wartawan di Kantor BBKSDA Sumut, Senin (31/8)
Hotmauli menjelaskan, harimau juga mengalami dehidrasi dan anemia yang mengakibatkan kondisinya terlihat lemah. Selain itu, banyak ditemukan parasit externa (kutu) pada tubuhnya. Sedangkan hasil laboratorium pemeriksaan darah menunjukkan eritrosit menurun yang menandakan terjadinya anemia.
“Hal ini berkaitan dengan hasil pemeriksaan fisik secara makro, di mana kondisi satwa tersebut terlihat dehidrasi, mukosa pucat yang mengakibatkan kondisinya terlihat lemah. Ada beberapa komponen darah yang merujuk bahwa harimau mengalami anemia,” jelasnya.
Baca Juga | Ini Status Tanaman Cannabis Sativa Alias Ganja Yang di Resmikan Oleh Kementan
Hotmauli juga mengungkapkan, hasil pemeriksaan kimia darah harimau sumatera menunjukkan adanya peningkatan bilirubin, SGOT, dan SGPT, menandakan adanya gangguan fungsi hati pada harimau tersebut. Tetapi tim medis belum bisa memastikan apakah gangguan hati ini bersifat akut atau kronis (perlu dilakukan pemeriksaan ulang setelah pengobatan).
“Harimau sampai saat ini masih dalam observasi tim medis. Pemeriksaan kesehatan lanjutan perlu dilakukan untuk melihat perkembangan kondisinya pasca pengobatan pertama, terutama pemeriksaan fungsi hati, dengan melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium. Kemudian monitoring berkaitan dengan nafsu makan, agresifitas serta pergerakannya, tetap dilakukan oleh tim medis,” ungkapnya.
Apabila hasil pemeriksaan akhir tim medis nantinya menyatakan kondisi harimau sumatera dalam keadaan sehat serta direkomendasikan layak untuk dilepasliarkan, maka BBKSDA Sumut akan melepasliarkan kembali ke habitat alaminya.
“Untuk mengetahui perkembangan dan kondisi harimau tersebut, kami telah melakukan peninjauan langsung ke lokasi observasi di Sanctuary Harimau Barumun,” imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, perburuan satwa liar tersebut dengan warga kembali terjadi. Kali ini lokasi perburuan berada di Desa Tapus Sipagimbal, Kecamatan Aek Bilah, Kabupaten Tapsel. Konflik ini sudah terjadi sejak Mei 2020, dan belakangan kembali marak.
Pada Selasa 4 Agustus 2020 diterima informasi dari masyarakat tentang keberadaan harimau sumatera yang memangsa seekor anjing dan ular serta ternak warga. Kemudian pada Sabtu 15 Agustus 2020, kembali harimau memangsa ternak warga seekor kambing di dekat permukiman warga.
Menerima laporan tersebut, Tim BBKSDA Sumut turun ke lokasi. Pada Sabtu 22 Agustus 2020 bersama-sama dengan petugas Koramil setempat, dari kecamatan dan masyarakat memasang perangkap (kandang jebak), mengingat konflik tersebut sudah mengkhawatirkan, karena harimau hampir setiap hari masuk ke pemukiman warga.
Lanjutnya, kekawatiran warga akan kemunculan satwa liar seperti ini terhadap siswa yang mencari sinyal terkadang sampai meneluauri perladangan, Untuk belajar daring memang memggunakan ponsel tetapi dengan sinyal yang kuat agar tidak putus-putus, "ujar salah seorang warga
Upaya yang dilakukan tim berhasil, pada Senin 24 Agustus 2020 harimau sumatera tersebut masuk ke dalam kandang jebak (perangkap). Selanjutnya Si Raja Hutan ini dievakuasi (lam/MX)
“Hal ini berkaitan dengan hasil pemeriksaan fisik secara makro, di mana kondisi satwa tersebut terlihat dehidrasi, mukosa pucat yang mengakibatkan kondisinya terlihat lemah. Ada beberapa komponen darah yang merujuk bahwa harimau mengalami anemia,” jelasnya.
Baca Juga | Ini Status Tanaman Cannabis Sativa Alias Ganja Yang di Resmikan Oleh Kementan
Hotmauli juga mengungkapkan, hasil pemeriksaan kimia darah harimau sumatera menunjukkan adanya peningkatan bilirubin, SGOT, dan SGPT, menandakan adanya gangguan fungsi hati pada harimau tersebut. Tetapi tim medis belum bisa memastikan apakah gangguan hati ini bersifat akut atau kronis (perlu dilakukan pemeriksaan ulang setelah pengobatan).
“Harimau sampai saat ini masih dalam observasi tim medis. Pemeriksaan kesehatan lanjutan perlu dilakukan untuk melihat perkembangan kondisinya pasca pengobatan pertama, terutama pemeriksaan fungsi hati, dengan melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium. Kemudian monitoring berkaitan dengan nafsu makan, agresifitas serta pergerakannya, tetap dilakukan oleh tim medis,” ungkapnya.
Apabila hasil pemeriksaan akhir tim medis nantinya menyatakan kondisi harimau sumatera dalam keadaan sehat serta direkomendasikan layak untuk dilepasliarkan, maka BBKSDA Sumut akan melepasliarkan kembali ke habitat alaminya.
“Untuk mengetahui perkembangan dan kondisi harimau tersebut, kami telah melakukan peninjauan langsung ke lokasi observasi di Sanctuary Harimau Barumun,” imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, perburuan satwa liar tersebut dengan warga kembali terjadi. Kali ini lokasi perburuan berada di Desa Tapus Sipagimbal, Kecamatan Aek Bilah, Kabupaten Tapsel. Konflik ini sudah terjadi sejak Mei 2020, dan belakangan kembali marak.
Pada Selasa 4 Agustus 2020 diterima informasi dari masyarakat tentang keberadaan harimau sumatera yang memangsa seekor anjing dan ular serta ternak warga. Kemudian pada Sabtu 15 Agustus 2020, kembali harimau memangsa ternak warga seekor kambing di dekat permukiman warga.
Menerima laporan tersebut, Tim BBKSDA Sumut turun ke lokasi. Pada Sabtu 22 Agustus 2020 bersama-sama dengan petugas Koramil setempat, dari kecamatan dan masyarakat memasang perangkap (kandang jebak), mengingat konflik tersebut sudah mengkhawatirkan, karena harimau hampir setiap hari masuk ke pemukiman warga.
Lanjutnya, kekawatiran warga akan kemunculan satwa liar seperti ini terhadap siswa yang mencari sinyal terkadang sampai meneluauri perladangan, Untuk belajar daring memang memggunakan ponsel tetapi dengan sinyal yang kuat agar tidak putus-putus, "ujar salah seorang warga
Upaya yang dilakukan tim berhasil, pada Senin 24 Agustus 2020 harimau sumatera tersebut masuk ke dalam kandang jebak (perangkap). Selanjutnya Si Raja Hutan ini dievakuasi (lam/MX)