MetroXpose.com, Jakarta - PSSI tahun ini menggelar acara seminar sehari konferensi pelatih nasional, bertajuk ‘PSSI National Coaching Conference 2019’ yang berlangsung di ruang konferensi pers, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (13/10).
Gelaran ini adalah yang kedua kalinya, setelah tahun lalu. Kegiatannya antara lain mempertemukan pelatih-pelatih nasional dari seluruh Indonesia untuk berkumpul membicarakan semua hal mengenai kepelatihan.
Sebanyak 176 pelatih dari berbagai lisensi, mulai dari AFC Pro Diploma, hingga pelatih kiper, memenuhi ruangan tersebut. Mereka terdiri dari 17 pelatih lisensi A AFC Pro Diploma, 21 pelatih lisensi A AFC, 26 pelatih lisensi B AFC, 105 pelatih dari lisensi C AFC dan 7 pelatih kiper lisensi GK1 AFC, dan D PSSI.
Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha Destria hadir dalam acara itu, beserta Direktur Teknik PSSI, Danurwindo. Hadir juga dua delegasi dari AFC, Wim Koevermans dan Ahmed Alosaymi untuk memberikan materi di acara ini.
“Ini kali kedua kami mengadakan acara serupa, setelah tahun kemarin. Tahun ini semua pelatih hampir lengkap berkumpul disini, karena sudah termasuk pelatih dari lisensi A Pro Diploma. Ada istilah ‘Best coach, best player’ ya, karena dari pelatih yang berkualitas bisa menciptakan pemain yang berkualitas juga,” tutur Tisha.
“Maka dari itu, kita semua disini harus memupuk, menjaga, dan merawat apa yang sudah ada, baik pelatih dan pemain. Sebab orang-orang yang bersiap, maka kemenangan tentu dapat diraih. Kursus-kursus pelatih sudah kami jalankan. Pendidikan telah berlangsung di daerah-daerah.”
“Kemenangan datang kepada orang-orang yang sudah siap untuk menang. Semoga cita-cita sepak bola akan terwujud,” jelas Tisha.
Kemudian, Danurwindo dalam acara ini menjelaskan mengenai tren sepak bola yang ada saat ini. mulai dari taktik hingga membahas permainan tim-tim dunia.
“Hari ini sangat bersejarah, dimana semua pelatih datang dan hadir disini. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelatih sepak bola di Indonesia. Untuk menjadi pelatih hebat, dibutuhkan waktu, dan kita sudah mulai dan berjalan hingga kini,” katanya.
“Berbicara mengenai tren sepak bola modern saat ini, adalah transisi. Transisi adalah perubahan permainan dalam sepak bola dari posisi menyerang ke bertahan, begitu juga sebaliknya. Masa depan sepak bola ada di tangan kalian para pelatih yang berada di ruangan ini. Bagaimana mempersiapkan pemain sebaik mungkin.”
Wim Koevermans, sebagai salah satu perwakilan dari AFC mengatakan, “Saya tidak ingin bicara banyak soal teknis kepelatihan, karena tadi Pak Danur sudah memaparkan semuanya dengan presentasi bagusnya. Yang jelas, saya melihat gilanya masyarakat Indonesia dengan sepak bola, dan sumber daya manusia yang banyak serta bakat melimpah di sepak bola. Tentu dibutuhkan pelatih dengan kemampuan bagus yang bisa melihat bakat-bakat pemain disini, untuk kemudian memberikan pelajaran mengenai sepak bola dan merawatnya," tuturnya.
"Tapi di ruangan ini, saya melihat mayoritas pelatih pria, kita butuh pelatih sepak bola dari wanita, karena FIFA sendiri saat ini tengah menggalakkan sepak bola wanita. Saya harap dikemudian hari negara ini bisa menelurkan lebih banyak pelatih sepak bola berjenis kelamin wanita,” sebutnya.
“Menjadi pelatih sepak bola, kalian harus mengetahui gaya bermain dan bagaimana cara melatih. Kalian harus menyadari bahwa kalian yang harus melakukannya. Negara ini terlalu luas, jadi kalian yang harus bertanggung jawab untuk sepak bola di Indonesia, serta bagaimana akan melatih.”
Dalam kesempatan ini juga, dibahas mengenai pengaturan pertandingan, bagaimana indikasi kalau pertandingan itu sudah diatur, dan lain sebagainya, oleh Ahmed Alosaymi.
“AFC sangat serius untuk menghilangkan segala bentuk praktek pengaturan pertandingan, seperti apa yang sudah dilakukan oleh FIFA. Berbeda dengan hukum suatu negara, di sepak bola, apabila sudah terindikasi adanya pengaturan pertandingan dari berbagai sumber, maka kami akan segara melakukan tindakan, melalui Komite Disiplin, tanpa perlu memanggil orang atau pihak yang bersangkuta terlebih dahulu. Lalu kami akan memberikan sanksi, baik itu pengurangan poin, terdegradasinya suatu klub, hingga dihukum seumur hidup (untuk pelaku perorangan).
Melalui acara ini juga, Ratu Tisha Destria mengumumkan berdirinya kembali Asosiasi Pelatih Indonesia. “Di acara ini juga, kami dari PSSI membangunkan kembali Asosiasi Pelatih yang dahulu sudah lama ‘tertidur’,” tutur Tisha.
“Kami menunggu output dari Asosiasi ini untuk menelurkan kurikulum baru dari Filanesia yang nantinya bernama Filanesia 2.0 sebagai update (pembaruan atau tambahan) dari kurikulum yang sudah ada sebelumnya. Jadi, nanti para pelatih dibagikan menjadi 10 kelompok untuk memformulasikan kembali kurikulum pembaruan dan tambahan dari filanesia dalam satu Minggu kedepan,” tutupnya.
Rencananya, kegiatan serupa seperti ini akan kembali berlanjut tahun diepan. PSSI berharap akan semakin bertambahnya pelatih-pelatih baru yang berkualitas.(Dwi)