MetroXpose.com, Jakarta – Usai viral di media sosial screenshoot atau tangkapan layar ‘Group Whatsapp siswa STM’, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri bergerak cepat dengan menangkap kreator pembuat konten tersebut.
Baca Juga : Ekspos data LB2P Kabupaten Nias
“Kreator pembuat WAG STM/K bersatu sudah kami tangkap,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, Rabu (2/9/2019). Brigjen Dedi belum menjelaskan identitas pelaku. Pelaku ditangkap malam tadi pukul 22.30 Wib. Pelaku saat ini masih diperiksa intensif.
Di media sosial, khususnya Twitter, sedang viral screenshoot atau tangkapan layar diduga grup WhatsApp (WA) siswa STM terkait aksi demo. Saat ini ramai dibahas netizen, diduga grup WA itu sengaja dibentuk oknum polisi untuk mendiskreditkan anak STM. Setidaknya ada 4 tangkapan layar sebuah grup siswa STM yang tersebar. Di situ ada percakapan sejumlah orang terkait aksi demo ricuh. Nomor-nomor handphone yang terlibat percakapan di grup itu ikut terpampang. Di percakapan tersebut terlihat sejumlah orang siswa STM mempertanyakan tidak adanya uang yang seharusnya mereka terima dari koordinator setelah mengikuti aksi demonstrasi.
Baca Juga : 15 Korporasi Diteteapkan Tersangka Karhutla
“Ngambil duitnya di mana bgst? Katanya mau dibagiin sekarang,” demikian salah satu tulisan chat di percakapan yang tersebar itu. Para siswa STM ini marah karena tidak mendapatkan uang usai aksi.
Tangkapan layar grup WA ini pun viral di medsos dan jadi bahasan netizen. Namun beberapa netizen menduga tangkapan layar grup WA yang tersebar itu diduga sengaja dibuat untuk memojokkan siswa STM yang ikut aksi. Sejumlah netizen menggunakan aplikasi tambahan, salah satunya True Caller, memperlihatkan bahwa nomor hanpphone yang ada di grup itu diduga anggota Polri. Brigjen Dedi sebelumnya menyebut isu ini merupakan bentuk propaganda untuk mengadu domba. Jenderal bintang satu ini mengingatkan agar masyarakat untuk berhati-hati dalam bermedia sosial.
“Kita paham betul apa yang ada di media sosial itu boleh dikatakan sebagian besar adalah ononim. Narasi yang dibangun narasi propaganda,” kata Brigjen Dedi.(ULi)