Obituari 'Selamat Jalan BJ Habibie Presiden RI-3' Pahlawan Demokrasi dan Teknologi Indonesia - Metroxpose News and Campaign

Headline

WARTAWAN METROXPOSE.COM DALAM PELIPUTAN TIDAK DIBENARKAN MENERIMA IMBALAN DAN SELALU DILENGKAPI DENGAN KARTU IDENTITAS SERTA SURAT TUGAS DAN TERTERA DI BOX REDAKSI # ANDA MEMPUNYAI BERITA LIPUTAN TERUPDATE DAN REALTIME DAPAT ANDA KIRIMKAN LEWAT WHATSAPP # ANDA TERTARIK JADI JURNALIS? KIRIMKAN LAMARAN ANDA KE # REDAKSI +6288261546681 (WA) email : metroxposeofficial@gmail.com # METROXPOSE.COM - News and Campaign 7 Tahun Menemani Ruang Baca Anda

Thursday, September 12, 2019

Obituari 'Selamat Jalan BJ Habibie Presiden RI-3' Pahlawan Demokrasi dan Teknologi Indonesia


MetroXpose.com, Medan - Biografi BJ Habibie Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau lebih dikenal dengan BJ Habibie merupakan seorang yang pernah menjadi Presiden ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun dan 2 bulan menjadi Wakil Presiden RI ke-7. Ia lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936.
BJ Habibie merupakan keturunan orang Jawa (ibu) dan orang Makasar/Pare-Pare (ayah). Di masa kecil, BJ Habibie sudah menunjukkan kecerdasan dan semangatnya yang tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya Fisika.
Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) dan berlanjut ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule, Jerman pada tahun 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, BJ Habibie muda membutuhkan waktu 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen, Jerman.
BJ Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikah dengan teman SMA-nya, Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Kemudian ia bersama dengan istrinya tinggal di Jerman. Karena keadaan ekonomi yang kala itu sedang sulit, BJ Habibie harus bekerja keras untuk membiayai kuliah sekaligus rumah tangganya.
BJ Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Pada tahun 1965, ia akhirnya menyelesaikan progam studi S-3 dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.
BJ Habibie tidak menyia-nyiakan gelar doktornya, ia bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965-1969) sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang.
Setelah itu, pada tahun 1969-1973 ia menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB.
Atas kinerja dan kejeniusannya, 4 tahun kemudian, BJ Habibie dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihat Senior Bidang Teknologi untuk Dewan Direktur MBB 1978. Ia juga menjadi satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman terkemuka ini.
Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir BJ Habibie sudah sangat cemerlang, terutama dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Ia menjadi “primadona” di negeri Jerman dan ia pun mendapat kedudukan terhormat, baik secara materi maupun intelektualitas oleh orang Jerman.
Selama bekerja di MBB Jerman, BJ Habibie menyumbang beragam hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teori yang ditemukan olehnya dikenal dalam dunia dirgantara seperti “Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.
Pada tahun 1968, BJ Habibie mengundang sejumlah insinyur untuk bekerja di industri pesawat terbang Jerman. Ada sekitar 40 insinyur Indonesia yang akhirnya dapat bekerja di MBB atas rekomendasi darinya.
Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan pengalaman insinyur Indonesia untuk suatu saat dapat kembali ke tanah air dan membuat produk industri dirgantara, maritim dan darat secara mandiri.
Dan ketika kala itu Presiden Soeharto mengutus Ibnu Sutowo ke Jerman untuk menemui serta membujuk Habibie pulang ke Indonesia, ia langsung bersedia walaupun melepaskan jabatan dan posisi tingginya di Jerman.
Hal ini dilakukan BJ Habibie demi memberi sumbangsih ilmu dan teknologi pada bangsa yang sangat ia cintai. Pada tahun 1974 genap di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air.
Ia pun diangkat menjadi penasihat pemerintah (langsung di bawah Presiden) di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi sampai tahun 1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978, BJ Habibie masih sering perjalanan ke Jerman sebab masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.
BJ Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada tahun 1978. Dan sejak saat itu, dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap menjadi Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Tidak hanya itu, ia juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan lainnya.
BJ Habibie mewarisi kondisi penuh hiruk pikuk setelah pengunduran diri Soeharto akibat tata kelola yang salah pada zaman orde baru, sehingga menimbulkan berbagai kerusuhan dan disintegerasi sosial hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kemudian setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet.
Salah satu tugas pentingnya yakni kembali mendapatkan sokongan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan sektor ekonomi. Ia juga membebaskan para tahanan politik dan meredakan kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Salah Satu kebijakan fenomenal yang dilakukannya adalah Referandum Timor Leste dengan memberikan kebebasan Jajak Pendapat seluruh warga Negara di Timor Leste melaksanakan demokrasi pemilihan apakah masih masih ke Indonesia atau keluar dari NKRI dibawah pengawasan United Nation (PBB) " tiada yang lebih berharga memberikan orang bebas menentukan pilihannya demi kemajuan dirinya dan bangsanya " itulah Sorotan KacaMata Seorang Habibie dalam berdemokrasi.
Pada masa pemerintahannya yang cukup singkat, ia berhasil memberikan pondasi yang kokoh bagi Indonesia, pada eranya lahirlah UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting yakni UU otonomi daerah.
Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintergrasi sosial yang diwariskan era Orde Baru berhasil di redam dan pada akhirnya dapat dituntaskan di masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah dapat dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Setelah ia melepaskan tampuk kekuasaan sebagai presiden, BJ Habibie lebih banyak tinggal di Jerman daripada di Indonesia. Namun, ketika masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasehat presiden demi mengawal proses demokrasi di Indonesia lewat organisasi yang didirikannya Habibie Center
Itulah biografi BJ Habibie yang bisa kita jadikan teladan untuk menjalani kehidupan. Semoga Bermanfaat. Terima Kasih.. Selamat Jalan BJ Hobibie Jasamu pasti dikenang sepanjang masa..(Metroxpose.com)