MetroXpose.com, Banda Aceh - Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman kedatangan tamu istimewa di pendopo. Mereka adalah delegasi Military Attache (Milat) Tour yang terdiri dari para atase militer dan rombongan dari negara sahabat.
Total ada 28 atase militer plus pendamping dari 21 negara sahabat yang hadir di antaranya Amerika Serikat, Jerman, Rusia, Perancis, Spanyol, Brazil, Australia, Jepang, Korea Selatan, Srilanka, Malaysia, Singapura, dan Papua Nugini.
Aneka makanan khas Aceh mulai dari Bu Kulah, Udeung Teuphep, Mie Aceh, hingga Kerupuk Mulieng disajikan Aminullah untuk menjamu tamunya. Tarian tradisional Tarek Pukat dan Rapai Geleng pun ditampilkan untuk menghibur para tetamu.
Kesempatan langka itu dimanfaatkan oleh Aminullah untuk mempromosikan segala potensi dan kelebihan kota. “Banda Aceh adalah kota perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, dan yang paling dikenal sebagai kota pariwisata.”
“Jadi sangat tepat pilihan bapak-ibu ke Banda Aceh. Kedatangan anda semua, para atase militer dari negara sahabat tentu akan semakin menambah koneksi kami dalam memperluas jaringan pariwisata Banda Aceh,” katanya.
Menurutnya, orisinalitas suasana kotanya, adat istiadat, dan seni budayanya plus penerapan syariat Islam, menjadi nilai jual Banda Aceh yang tak dimiliki daerah lain. “Destinasi wisatanya pun komplet; ada Masjid Raya Baiturrahman, Museum MRB, Museum Tsunami, replika Pesawat RI 001 Seulawah, hingga Peucut Kerkhof -makam para serdadu Belanda.”
Kuliner di Banda Aceh juga sangat luar biasa. Kuah Beulangong, Kuah Pliek, dan Mie Aceh, tersedia di banyak rumah makan atau restoran. “Semua rasanya 3E; enak, enak sekali, dan enaaak sekali. Kemudian belum sah juga datang ke Banda Aceh jika belum minum Kopi Aceh -salah satu kopi terenak di dunia,” promosi wali kota.
“Daerah penghasil kopi terbesar memang di wilayah tengah Aceh, tapi Banda Aceh yang punya 1.001 warung kopi dan semuanya penuh oleh pengunjung. Motto ngopi di Banda Aceh itu ‘secangkir kopi sejuta cerita’,” katanya.
Kepada tamunya, Aminullah juga memperkenalkan Banda Aceh sebagai kota paling aman di Indonesia. “Predikat itu diberikan langsung oleh Menkopolhukam. Tindak kriminal nyaris tak ada di kota kami. Konflik sosial berbasis SARA pun tak pernah terjadi di Banda Aceh,” katanya lagi.
“Jadi bapak-ibu boleh tak perlu kuatir selama berada di sini, Banda Aceh sangat-sangat aman. Saya selaku wali kota juga bisa keliling kota 24 jam tanpa pengawalan,” kata Aminullah seraya mengharapkan para atase militer untuk ikut mempromosikan Banda Aceh di negaranya masing-masing.
Sementara itu, perwakilan dari Mabes TNI Kolonel Pnb Untung Suropati menjelaskan kunjungan para atase pertahanan dari negara sahabat itu bertujuan untuk memperkenalkan aneka ragam budaya yang ada Indonesia. “Tahun ini delegasi Milat Tour memilih Banda Aceh dan Sabang.”
“Rombongan para atase militer tahun ini dipimpin oleh Kolonel Dominic Bulungol berasal Atase Pertahanan Negara Papua Nugini. Total peserta Milat Tour 2019 berjumlah 53 orang yang terdiri 28 atase militer dari 21 negara sahabat dan turut didampingi oleh tim dari Mabes TNI,” katanya.
Di tempat yang sama, Kolonel Dominic Bulungol mengungkapkan pihaknya sengaja memilih mengunjungi Banda Aceh untuk mempelajari proses penyelesaian konflik bersenjata antara RI dan GAM pasca tsunami 2004. “Kami menilai progresnya cukup bagus.”
Ia juga mengapresiasi Wali Kota Aminullah yang dinilai berhasil membangun Banda Aceh selama ini. “Perkembangan dan kemajuan Banda Aceh menurut saya luar biasa. Dibandingkan kota lain di Indonesia, Banda Aceh ini lebih menarik, beda, dan unik. Kulinernya enak dan tariannya membuat kami takjub. Terima kasih Pak Wali atas jamuan malam ini,” katanya mewakili 28 atase militer yang hadir.
Sebelum meninggalkan pendopo, para atase militer dari 21 negara itu juga terlihat mengantri untuk dapat berfoto dengan Agam dan Inong Banda Aceh yang mengenakan busana adat Aceh. Di antara tamu undangan juga hadir Dandim 0101/BS Hasandi Lubis, Kajari Banda Banda Aceh Erwin Desman, Sekda Bahagia, dan sejumlah pejabat Pemko Banda Aceh (Lam)